KITAB II KORINTUS
(Pendeta Xie Xi Hai)
“Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu?” (2 Kor 12:12-13). Daripada luahan yang penuh emosional ini, kita dapat melihat seorang hamba Tuhan yang setia mengambil berat tentang domba-domba dengan sepenuh hati. Selepas surat pertama Paulus kepada Korintus dikirim ke gereja Korintus, pemercaya yang murni menerima nasihat dan ajarannya dengan taat. Walau bagaimanapun, oleh sebab hanya mempunyai fikiran manusia dan memandang rupa, sebilangan pemercaya yang lebih mementingkan diri sendiri menyerang dan membantah, bahkan menolak peringatan Paulus dengan cara mempersoalkan identiti dan kelayakan Paulus sebagai rasul. Oleh itu, ketika Paulus mengetahui tindak balas yang salah terhadap konsep ini, dia mengutus Titus ke sana (2 Kor 8:16-17) untuk mengajar dan memberikan amaran kepada mereka tentang firman yang murni dengan sikap yang lebih tegas. Di bawah pimpinan Tuhan, sebilangan besar pemercaya yang pada awalnya membantah telah berasa malu, berdukacita, dan menyesal. Kemudian, Titus kembali kepada Paulus dan melaporkan hasil yang luar biasa ini. Di samping berasa terhibur, Paulus juga menulis kitab II Korintus kepada mereka yang masih keras hati, tidak bertaubat dan tidak mengakui kesalahan mereka. Dia mengiktiraf refleksi dan usaha pemercaya, dan berharap mereka yang tidak taat dapat merenungkan semula kasih dan kebenaran Tuhan. Surat ini ditulis oleh Paulus di Filipi pada sekitar tahun 55 – 56 Masihi.
MENJADI SAKSI TUHAN
Umat pilihan Tuhan harus menyatakan kesaksian Tuhan (Yes 43:10). Tuhan berfirman: “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:14-16). Dalam kitab II Korintus, kita melihat rasul Paulus menetapkan satu sasaran yang harus diusahakan oleh umat Kristian untuk mencapai pemilihan Tuhan dengan pemikiran dan pengalaman kerjanya sendiri ataupun dengan pujian, dorongan dan teguran terhadap pemercaya: “Menjadi saksi Tuhan”. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.” (2 Kor 2:14). Dalam hal apakah kita harus menyatakan ciri-ciri orang Kristian dan kesaksian Tuhan?
DALAM PERSEKITARAN YANG MENDERITA
“yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami” (2 Kor 1:4). Perkara yang tidak lancar sering terjadi dalam hidup manusia. Demi iman kepercayaan, umat Kristian berhadapan dengan banyak penganiayaan dan rintangan seperti pada zaman para rasul. Ketika kita menghadapi persekitaran yang sukar ini, kebenaran Alkitab mengajar kita: “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.” (1 Ptr 4:12). Kita mempunyai idea dan iman yang berbeza kepada Tuhan. Idea dan iman yang berbeza ini juga adalah untuk menyatakan kesaksian Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan (mereka yang sudibertaubat dan percaya kerana kesaksian orang Kristian)…” (2 Kor 2:15). Oleh itu, apabila berada dalam situasi yang menderita, seseorang harus mengenalpasti identiti dan nilai iman kepercayaan sendiri. Sebagai contoh, Paulus mendorong Timotius dengan berkata: “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.” (2 Tim 1:8). Dia berkata lagi: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,” (2 Tim 3:12). Tambahan pula, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rm 8:28). Maka kita tidak perlu berasa takut. Kita harus yakin dan percaya bahawa Tuhan pasti akan menunjukkan rahmat-Nya, dan kita dapat mengumpulkan lebih banyak pengalaman dan memperkuat iman sendiri daripada pengalaman. Sebagai contoh, Paulus membuktikan kepada kita dengan pengalamannya sendiri: “yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” (2 Kor 1:4,5,10). Oleh itu, kita bukan saja menjadikan diri kita sendiri lebih beriman untuk menghadapi pelbagai persekitaran kerana janji kuasa Tuhan, tetapi juga mempunyai keyakinan terhadap orang lain (2 Kor 1:7). Dengan cara ini, kita dapat saling membangun dengan pengalaman, saling menghibur dan saling mendoakan (2 Kor 1:11), sertamembangun iman kepercayaan yang teguh untuk menunjukkan kesaksian yang baik.
DALAM HIDUP
Semangat yang ditunjukkan oleh Paulus ialah sasaran pembelajaran kita. Dia berkata: “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.” (2 Kor 1:12). Konsep nilai, keperibadian, dan minat seseorang dapat dilihat melalui corak hidupnya. Tuhan Yesus mengajar: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:20). Ajaran ini mengingatkan kita bahawa kita harus menunjukkan semangat yang harus dimiliki oleh seorang murid Tuhan dalam hidup kita melalui ajaran kebenaran dan pembaharuan Roh Kudus. Daripada pernyataan Paulus, kita dapat belajar:
Pertama, kita mesti mempunyai pemikiran yang kudus. Seperti yang dikatakan oleh Petrus: “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,” (1 Ptr 1:15). Kita juga harus meneladani Ayub (Ayb 31:1), belajar untuk mengawal mata, telinga, mulut (Ef 4:29) dan perbuatan sendiri. Jangan mencemburui hal-hal dosa di dunia, jangan tamakkan kepentingan / keuntungan haram, dan berinteraksilah dengan orang lain secara tidak bersalah.
Kedua, harus mempunyai hati yang tulus, menjadi orang yang sesungguhnya, tidak serentak terdapat “ya” dan “tidak” (2 Kor 1:17-18), tidak ada kepalsuan di dalam hati, bertindak secara konsisten melalui pertumbuhan dalam kebenarandan juga dapat berhati-hati seperti Paulus: “Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia.” (2 Kor 8:21). Tindakan-tindakan ini dapat saling berpadanan dan menjadi bukti dengan firman yang kita beritakan: “Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak “ya” dan “tidak”.” (2 Kor 1:18).
Ketiga, harus menyatakan iman kepada Tuhan, percaya bahawa segalanya ada di bawah kuasa Tuhan, dan semua karunia berasal daripada Tuhan. Oleh itu, tidak perlu berasa cemburu terhadap orang lain, dan juga jangan saling bersaing atau berkira secara tiruan dan haram. Dengan demikian, kita belajar untuk merindukan kasih karunia rohani, menetapkan sasaran dan kaedah yang harus diusahakan, dan penuh dengan iman terhadap pelbagai persekitaran. Hal ini kerana “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan… tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” (2 Kor 4:18,16).
DALAM PERBEZAAN
Walaupun tubuh daging orang yang percaya kepada Tuhan masih berada di dunia ini, tetapi Tuhan berfirman: “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan.” (2 Kor 6:17-18). Maka Paulus mendorong: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.” (2 Kor 6:14). Mengapa demikian? Sebab orang yang percaya kepada Tuhan dan orang yang belum percaya kepada Tuhan mempunyai sifat dan identiti yang berbeza di hadapan Tuhan: “persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?”; pandangan yang berbeza mengenai sesuatu perkara:“bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”; sasaran ibadah yang berbeza: “Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial?”; ajaran dan dasar yang diterima juga berbeza: “Apakah bagian bersama orang-orang percaya (yang sering menjadikan kebenaran Alkitab sebagai prinsip) dengan orang-orang tak percaya?” (2 Kor 6:14-15). Begitu banyak perbezaan yang paling asas ini tentunya bertujuan supaya kita dibezakan dengan dunia, dan supaya kita jangan menjadi serupa dengan dunia ini (Rm 12:2). Perbezaan-perbezaan ini merangkumi konsep nilai, konsep hidup dan mati, prinsip hidup, konsep semasa berada dalam penderitaan, serta ajaran dan semangat dalam hidup. Kita juga sering menggunakan ayat-ayat ini untuk mendorong belia-belia dalam Tuhan supaya selalu memohon perlindungan Tuhan samada dalam pekerjaan, kerjaya, mahupun persahabatan. Kita tidak dapat meninggalkan dunia atau memutuskan hubungan dengan orang lain atau tidak mahu bekerja bersama atau tidak mahu beroperasi bersama dengan orang lain, tetapi kita harus lebih berhati-hati dan berwaspada terhadap godaan kedurhakaan. Kita juga sering mendorong belia-belia dalam Tuhan supaya memohon pimpinan dan perlindungan Tuhan dalam perkahwinan mereka. Jika terdapat jurang yang besar dalam dasar konsep yang paling asas dan paling penting, bagaimana mereka boleh menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya dan berlari ke arah tujuan yang sama? Kita percaya bahawa perkahwinan dipersatukan oleh Tuhan. Asalkan kita mempunyai hati yang murni dan percaya kepada Tuhan, tidak bersikap ‘mengusir asap, meninggalkan api’, berkomunikasi dan berkawan dengan sesungguhnya, kita pasti dapat berkahwin dalam Tuhan dengan gerakan Roh Kudus. Dengan itu, kita dapat membina dan mengendalikan bersama sebuah keluarga yang mendapat kasih karunia dan bahagia sehingga kita tidak akan pernah berasa menyesal dengan pilihan penting yang dibuat dalam hidup.
DALAM TAUBAT
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan…” (2 Kor 7:10). Bagi manusia, mengakui kesalahan merupakan satu ujian besar dan memerlukan keberanian yang sebenar. Salah satu contoh buruk yang ditinggalkan oleh nenek moyang pertama umat manusia, Adam dan Hawa, ialah menolak tanggungjawab serta enggan bertaubat dan mengakui kesalahan mereka dengan segera. Umat Kristian mempunyai satu sikap dan pengetahuan yang jelas dalam hal pengakuan dosa dan taubat. Seperti yang dicatatkan dalam Alkitab: “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yoh 1:8-9). Oleh itu, kita dapat melihat dengan jelas bahawa walaupun semua dosa sebelumnya telah dibersihkan di dalam Tuhan, tetapi kelemahan dan kelalaian seketika tidak dapat dielakkan kerana manusia hidup dalam daging dan dalam persekitaran yang nyata. Sekiranya kita bersedia untuk merenung kembali mentaliti, konsep, keperibadian, tingkah laku, dan kata-kata kita dengan kebenaran, maka kita akan segera bertaubat kepada Tuhan dan meminta pengampunan Tuhan apabila kita melihat sebarang kesalahan. Tindakan ini bukan bermaksud bahawa manusia menolak kesalahan mereka kepada Tuhan dan berfikir bahawa mereka boleh berbuat dosa dengan tenangasalkan mereka bertaubat serta berfikir bahawa mereka boleh menghiburkan diri mereka sendiri. Sebaliknya, tindakan ini bermaksud menghadapi tingkah laku sendiri dan persekitaran luaran dengan sikap yang tegas dan berani, bersedia untuk meninggalkan yang lama dan memperbaharui yang baharu serta mengejar pertumbuhan. Dengan demikian, kita tidak akan bersikap ‘diam di bandar tak meniru, diam di laut asin tidak’ pada saat kelemahan dan kegagalan, sebaliknya dapat mengiktiraf dan menerima diri sendiri. Kita juga dapat memperlakukan satu sama lain dengan empati, dapat menerima dan memaafkan orang lain, dan bertumbuh bersama dengan dorongan bersama. Selain itu, ada taubat yang benar barulah ada perubahan yang benar. Sekiranya manusia ingin menggunakan pelbagai alasan untuk melepaskan tanggungjawab, walaupun mereka tahu bahawa mereka salah, tetapi tegar untuk mengubah fikiran (Luk 20:19), mereka akan kehilangan banyak peluang baik dan peluang taubat yang diberikan oleh Tuhan. Akhirnya, mereka akan sepenuhnya disesatkan dan dibelenggu oleh dosa, dan akan terperangkap di bawah penghakiman Tuhan pada masa kelak. Sesal kemudian tiak berguna. Oleh itu, Paulus memuji prestasi taubat pemercaya di gereja Korintus dengan berkata: “Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.” (2 Kor 7:11). Kita juga harus menunjukkan pemikirandan ciri-ciri umat Kristian yang mengejar kesempurnaan dan pertumbuhan dalam hal taubat.
DALAM KASIH
Tuhan berfirman: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35). Kasih adalah salah satu ciri yang ditekankan oleh agama Kristian kerana “Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8). Tambahan pula, Tuhan Yesus sepenuhnya menyatakan melalui kayu salib bahawa kasih-Nya adalah yang paling sempurna, dan Dia rela berkorban sepenuhnya. Paulus mendorong pemercaya di gereja Korintus dengan mengambil kasih gereja Makedonia sebagai contoh: “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.” (2 Kor 8:2-3). Dia juga menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh: “Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu.” (2 Kor 12:15). Kasih seperti ini dapat dihasilkan dalam Tuhan kerana digerakkan oleh Tuhan (2 Kor 5:14) dan juga kerana iman yang didasarkan pada Tuhan. Kasih Tuhan yang begitu besar ini bukan untuk kita melampiaskan hawa nafsu, bukan untuk kita mementingkan diri sendiri atau berasa takut, atau untuk kita mengumpul pahala bagi diri sendiri, melainkan berasal daripada ajaran kebenaran. Kasih mesti datang daripada kerendahan hati dan hati yang kudus supaya berkenan kepada Tuhan. Oleh itu, kasih Tuhan dalam hati akan membuatkan manusia merindukan kesetiaan yang sejati (2 Kor 11:3), saling menasihati tentang perbuatan yang buruk, dan bahkan dengan tegas dan adil menegur orang yang melakukan kesalahan. Namun apabila orang itu bersedia untuk bertaubat dengan tulus, mereka dapat saling memaafkan dan menerima, tidak menyimpan dendam di dalam hati serta berbuat seperti yang dikatakan oleh Paulus: “sungguh-sungguh mengasihi dia” (2 Kor 2:8). Di bawah terang kebenaran, setiap seiman dapat membangun kasih yang kukuh, saling menolong dan saling memahami serta menarik lebih banyak orang datang bersama-sama untuk berkongsi kasih Tuhan yang Mahabesar.
DALAM KETAATAN
Kemurnian dan ketaatan juga merupakan salah satu ciri umat Kristian. Hal ini kerana Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita: “Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku,” (Yoh 14:31). Alkitab juga memberikan peringatan: “Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Sam 15:22). Alkitab berkata lagi: “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”” (1 Ptr 5:5). Ketaatan bukan bermaksud lemah atau takut, tetapi merupakan keberanian sebenar untuk menghadapi keperluan pembetulan. Sebagai contoh, jemaat Korintus bersedia untuk menerima dan mentaati teguran Paulus, dan “menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan” (2 Kor 7:10). Ketaatan juga bukanlah prestasi orang yang lemah bagi menyokong air muka orang yang kuat, tetapi benar-benar daripada keazaman hati yang menyokong kebenaran. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran. Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna.” (2 Kor 13:7-9). Oleh itu, umat Kristian yang dapat menunjukkan semangat ketaatan dalam kebenaran dapat mempunyai kuasa di hadapan Tuhan, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng, menawan segala fikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Kor 10:4-5). Mereka juga dapat membangun seluruh jemaat, menjauhkan orang daripada godaan dosa kejahatan, keinginan, dan ajaran sesat, serta tidak lagi mengikut maksud sendiri dalam hidup, dan “berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm 12:2). Dengan demikian, kesaksian Tuhan akan sangat ternyata.
KESIMPULAN
Dalam kitab II Korintus, kita melihat seorang hamba Tuhan yang setia. Dia mempunyai kasih yang tidak goyah, dorongan yang berbuih mulut, teguran yang tegas, kegembiraan mengiktiraf taubat orang lain, kesaksian tentang penyertaan kuasa Tuhan, dan pernyataan pemikiran menderita untuk Tuhan. Semua ini membuatkan kita memahami bahawa semua yang menerima kasih karunia Tuhan harus bertekad: “dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah” (2 Kor 6:4) untuk menyatakan kesaksian Tuhan. Oleh itu, marilah kita mengejar pertumbuhan dan mengusahakan diri supaya sempurna dalam semua hal melalui pertolongan Roh Kudus, dorongan kasih Tuhan, serta dorongan dan penghiburan bersama (2 Kor 13:11).