PERKATAAN DAN PERBUATAN PAULUS
Kita sering berkata: “kata-kata ialah suara hati”. Alkitab dengan lebih jelas mencatatkan: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” Tuhan Yesus juga memberikan peringatan kepada kita: “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat 12:34-37). Kata-kata bukan sahaja mencerminkan watak, budi pekerti, dan keperibadian seseorang dengan tepat, tetapi juga mempunyai kaitan dengan penghakiman yang harus kita hadapi pada masa akan datang. Kepentingan dan pengaruh perkataan dapat dilihat dalam aspek ini.
Yakobus berkata: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:17,26).
Petrus berkata: “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1 Ptr 2:12).
Walaupun orang Kristian diselamatkan “oleh iman” dan “bukan dengan perbuatan”, namun kehendak Tuhan memanggil kita adalah supaya kita berbuat baik. Kewajipan ini juga berkaitan dengan sama ada kita dapat menang dan diberkati dalam menghadapi penghakiman pada masa hadapan. Oleh itu, sasaran yang harus kita usahakan sedaya upaya sepanjang hidup kita ialah untuk berhati-hati dengan perkataan dan perbuatan kita serta menghindarkan diri daripada menjadi batu sandungan iman kepercayaan orang lain di samping memastikan bahawa kita dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan Tuhan.
Paulus berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21). Tidak banyak orang yang dapat begitu pasti dengan hidup dan tujuan utama hidup mereka. Paulus dapat mengatakannya dengan begitu tegas dan tidak ada orang yang akan menganggap bahawa dia memegahkan diri atau dia tidak layak. Oleh itu, ucapan dan tingkah laku Paulus serta model yang ditetapkan olehnya layak untuk dipelajari dan diteladani oleh semua orang Kristian.
BERPADANAN DENGAN PANGGILAN
Sudah dua ribu tahun murid-murid Tuhan Yesus disebut “Kristian” (Kis 11:26). Gelaran “Kristian” telah dikritik, difitnah, diserang, dikutuk, dan dianggap sebagai binatang buas. Walaupun masih ada orang yang mempunyai sikap negatif hari ini, namun secara umumnya, ketika orang mendengar tentang “Kristian”, mereka mempunyai tanggapan bahawa Kristian mempunyai piawaian integriti moral dan tingkah laku kasih. Walaupun mereka yang mempunyai tanggapan sedemikian mungkin tidak memahami permintaan Alkitab terhadap seseorang yang percaya kepada Tuhan dari segi perkataan dan perbuatan, tetapi apabila mereka melihat bahawa ada orang yang disebut “Kristian” yang melayan orang lain dengan dingin atau kejam, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, bersikap tidak konsisten, dan berbicara dengan tidak tulus, mereka pasti mempunyai pertanyaan dalam hati mereka: “Mengapa orang yang percaya kepada Tuhan masih seperti ini?” Secara umumnya, orang mempunyai tahap penegasan dan harapan tertentu terhadap tuntutan moral dari segi perkataan dan perbuatan “Kristian”. Semua ini dapat dirasakan. Oleh itu, ketika kita mengaku sebagai murid Tuhan Yesus, kita harus berusaha supaya tidak ada jurang yang besar antara prestasi kita pada mata orang lain dengan tanggapan mereka tentang “Kristian”.
Paulus sering mendorong: “… melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu… supaya hidupmu berpadanan dengan panggilan itu.” (Kis 26:20; Ef 4:1). Orang-orang yang dipilih oleh Tuhan seharusnya demikian. Sudah tentu, Paulus tidak hanya menasihati orang lain tetapi mengabaikan dirinya sendiri. Dia berkata: “Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” (1 Tes 1:5-6). Paulus berkata demikian, dan Paulus juga melakukan perkara yang sama.
Paulus yang belum mengenal Juruselamat keras bertindak menentang nama Yesus, memburu orang-orang kudus dan memenjarakan mereka. Dia menghukum, menyeksa, menghujat, dan menganiaya Yesus dan murid-murid (Kis 26:9-11). Selepas Juruselamat memilihnya, dia menjadi rasul yang setia kepada Tuhan, mengasihi manusia, bersungguh-sungguh dan giat, lemah lembut dan tegas, adil, berbelas kasihan dan juga rajin. Semuanya adalah kerana Paulus memahami bahawa dia masih dikasihani oleh Juruselamat walaupun dialah orang yang paling berdosa. Oleh itu, demi rasa syukur, dia bekerja lebih keras agar kasih karunia Tuhan tidak menjadi sia-sia. Dia melakukan perkara-perkara yang tidak dapat dan tidak mahu dilakukan oleh orang lain. Walaupun demikian, Paulus tidak menganggap bahawa prestasi-prestasi ini berasal daripada dirinya sendiri. Dia tahu bahawa semuanya adalah “kerana kasih karunia Tuhan” (1 Kor 15:9-10). Seseorang penerima panggilan yang tahu bersyukur seperti Paulus semestinya merupakan seorang Kristian yang rendah hati, lemah lembut dan sabar dalam segala hal, memperlakukan orang lain dengan penuh ramah, dan juga melayani Tuhan dengan setia.
BERPADANAN DENGAN INJIL KRISTUS
Dalam perjalanan dari Yerusalem ke Damsyik, Tuhan memancarkan cahaya dari langit dan mengelilingi Paulus sehingga dia rebah ke tanah. Dia mendengar suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya aku?” Dia menjawab: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.” Kata Paulus: “Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?” “Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.” (Kis 26:12-18). Sejak itu, Paulus telah menjadi rasul orang bukan Yahudi dan utusan Injil Kristus yang mulia serta menjadikan kedua-dua itu sebagai cita-cita seumur hidupnya. Dia selalu menjadikan keselamatan Injil sebagai pertimbangan dalam hidupnya. Dia bersedia membuatkan orang mendapat bahagian dalam Injil dan selalu berempati mahu menyelamatkan lebih ramai orang. Seperti pengakuannya: “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat… Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.” (1 Kor 9:19-23).
TIDAK MENCARI KEUNTUNGAN SENDIRI TETAPI KEUNTUNGAN ORANG LAIN
Ketika Tuhan Yesus dan murid-murid berbicara tentang hari kiamat yang menjelang, Dia berkata: “dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci… Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” (Mat 24:10-12). Kini, kita tidak berani mengatakan masa hari kiamat secara muktamad, tetapi sudah pasti bahawa orang-orang di dunia ini jahat, dingin dan mementingkan diri sendiri, cemburu dan iri hati, berselisihan dan cabul … Dosa-dosa ini sangat serius. Kes-kes orang yang tamak dengan selera bagai cetus api dan pecah amanah untuk memenuhkan poket sendiri sering didengari. Sebenarnya, semua ini telah menggenapi amaran Paulus: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.” (2 Tim 3:1-4). Zaman yang dihadapi ini merupakan masa yang terbaik bagi orang Kristian untuk menjadi terang dunia dan bersinar bagi Tuhan.
Dengan pendirian tidak menghalangi keselamatan orang lain, Paulus bersedia menjadikan dirinya hamba bagi semua orang supaya dia boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Dengan pendirian asas sebagai seorang Kristian, dia juga memiliki dasar yang sama. Dalam hidupnya, Paulus berkata: ““Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” (1 Kor 10:23-24). Dari segi perkataan, Paulus berkata: “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;” (Kis 20:18-20). Dia juga berkata: “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih… Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Ef 4:15-29). Dalam zaman dengan hari kiamat yang sudah kian menjelang dan hati manusia yang gelap ini, jika perkataan dan perbuatan kita adalah seperti yang dikatakan oleh Paulus iaitu tidak mencari keuntungan sendiri dan membangun orang dalam segala hal, tentunya kita merupakan pelita yang menyala dan yang bercahaya dalam kegelapan malam.
SEMUANYA HANYA UNTUK DIPUJI OLEH TUHAN / BERKENAN KEPADA TUHAN
Dalam latar belakang sosial pada waktu itu, Paulus dilahirkan sebagai orang Rom (Kis 22:28). Dia disunat pada hari kelapan kelahirannya. Dia orang Ibrani asli, seorang Farisi (dari segi pendirian hukum Taurat). Dari segi kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, dia tidak bercacat (Flp 3:5,6). Dia dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Dalam agama Yahudi, dia jauh lebih maju daripada banyak teman yang sebaya dengannya dan dia sangat rajin (Kis 22:3; Gal 1:14). Setelah dipilih dan dipanggil oleh Tuhan, dia hidup hanya untuk Kristus dan dunianya telah disalibkan. Dia melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah. Dia dengan rela menjalankan pelayanan, bekerja lebih keras daripada semua rasul dan menerima wahyu yang tak terkatakan (Gal 2:20, 6:14; Flp 3:8; 2 Kor 12:1-4). Ketika berhadapan dengan provokasi rasul-rasul palsu, dia berkata: “Tetapi menurut pendapatku sedikit pun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu.” (2 Kor 11: 5). Paulus merupakan seorang elit yang cemerlang dari pelbagai perspektif. Namun, demi Injil, demi iman kepercayaan, demi semua orang, dia sama sekali tidak ingin bermegah. Hal ini kerana dia tahu bahawa semuanya datang daripada Tuhan dan semuanya adalah yang diterima. Tambahan pula, Tuhan sedang memerhatikan, dan setiap orang akan menerima pujian daripada Tuhan apabila masanya tiba. Oleh itu, walaupun dia dikritik dan difitnah sebagai bersikap lemah dan perkataan-perkataannya tidak bererti, Paulus tetap tidak mengubah tekadnya. Dia tidak pernah bermulut manis, tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi, dan tidak pernah mencari pujian daripada manusia. Tetapi dia berlaku ramah sama seperti ibu bapa, mengatakan dan melakukan perkara yang sepatutnya hanya untuk menyukakan Tuhan yang menguji hati manusia (1 Tes 2:3-8).
Ketika dipenjarakan sebagai tahanan bagi Kristus, Paulus terus terang berkata: “Aku sedikit pun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Allah atau terhadap Kaisar.” (Kis 25:6-8). Bagi amanat yang dipercayakan oleh Juruselamat kepadanya, Paulus berkata: “Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.” “Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kis 26:19-20, 20:18-24). Paulus masih mampu menenangkan hatinya walaupun tubuhnya diikat dengan rantai dan menghadapi masa depan yang tidak pasti. Tentu sekali ungkapan “tidak usah malu” tidak cukup untuk menggambarkan tindakannya. Dia tahu bahawa dia bakal menghadapi saat-saat penghujung hidupnya, namun hatinya tetap penuh dengan damai sejahtera dan pengharapan, bukannya berasa panik. Baginya, jalan mati lagi dicuba, inikan pula jalan binasa. Mentaliti seperti ini yang melampaui kehidupan adalah di luar jangkauan manusia biasa tetapi Paulus berjaya melakukannya!
Setelah menasihati Timotius secara tulus, kita dapat merasakan bahawa Paulus berkata dengan nada yang tenang tetapi tegas: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Tim 4:6-8). Tokoh iman kepercayaan, pejuang kebenaran, prajurit Injil yang baik, hamba Kristus, dan bendahara / pengurus yang setia juga harus sedemikian. Walaupun prosesnya sukar, difitnah oleh orang lain, dianggap sebagai sampah dunia dan kotoran dari segala sesuatu, semuanya tidak menjadi masalah. Semuanya tidak dapat dibandingkan dengan pujian dan kemuliaan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita pada masa akhir nanti.
Paulus memberikan peringatan: “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” (Flp 4:8-9). Semoga kita tidak melupakan peringatan ini. Permohonan dan doa Paulus juga sering mendorong kita: “… kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar.” (Kol 1:9-11).